Begini Kisah Dua Orang yang Mendedikasikan di Percetakan Braille

Dia berharap, bahwa dengan adanya percetakan Braille yang ada di Indonesia ini, semoga literasi itu bisa berkembang lagi dan lebih dikenal oleh disabilitas netra.
"Mungkin kan sekarang zamannya digital, tapi tetap Braille itu untuk dasar bisa membaca," ucapnya.
Selain Kokom, ada pula Editor Buku Braille Asep Saripudin. Menurut dia, sebagai editor buku Braille, dirinya memeriksa
buku-buku Braille hasil pengetikan para pengalih haruf.
"Jadi ceritanya kan dari buku awas kan, diketik atau dialihkan oleh teman-teman pengalih huruf, udah itu di cetak jadi sebuah master copy. Nah sebelum diperbanyak, itu kan harus dipastikan tulisan Braille itu tidak ada yang salah, maka saya dalam hal ini bertugas untuk memeriksa dari huruf pertama sampai huruf terakhir dibuku tersebut, ada kesalahan nggak. Kalau ada kesalahan harus diperbaiki," papar Asep.
Editor : Okky Adiana