Jabar Catat Surplus Perdagangan USD 2,11 Miliar di Maret 2025, Dorong Kinerja APBN Tetap Positif

BANDUNG, iNewsCimahi.id - Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Jawa Barat hingga Triwulan I 2025 menunjukkan hasil positif di tengah tantangan global.
Dalam paparan resmi yang digelar di Ruang Sidang Gedung Keuangan Negara Bandung, Perwakilan Kementerian Keuangan Jawa Barat menyampaikan bahwa ekonomi Jawa Barat tetap tumbuh kuat sebesar 4,98 persen (yoy) pada kuartal pertama 2025.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) Jawa Barat, Taukhid, mengungkapkan bahwa pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi tercatat di sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 31,89 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh tertinggi sebesar 5,8 persen.
Namun, Jawa Barat juga menghadapi tantangan inflasi sebesar 0,81 persen pada Maret 2025, dengan komoditas utama penyumbang inflasi yakni emas perhiasan, kopi bubuk, minyak goreng, cabai rawit, dan bawang merah. Fenomena cuaca ekstrem berdampak pada menurunnya produksi komoditas hortikultura tersebut.
Kinerja neraca perdagangan pun menunjukkan sinyal positif, dengan surplus USD 2,11 miliar di Maret 2025, terutama didorong oleh ekspor senilai USD 3,09 miliar. Meski mengalami defisit perdagangan nonmigas dengan Tiongkok dan Taiwan, Jawa Barat mencatat surplus dengan Amerika Serikat sebesar USD 441,39 juta.
Sementara itu, realisasi belanja negara hingga 31 Maret 2025 mencapai Rp29,41 triliun atau 25,10 persen dari pagu sebesar Rp117,20 triliun. Kinerja ini sedikit melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama pada Belanja Barang dan Belanja Modal yang terkontraksi signifikan.
Di sisi penerimaan, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Barat II, R. Dasto Ledyanto, melaporkan pendapatan negara mencapai Rp32,52 triliun atau 20,05 persen dari target tahunan sebesar Rp162,18 triliun. Pendapatan pajak tumbuh 2,17 persen (yoy), meski terdapat kontraksi pada sektor industri dan PPh Pasal 21.
Sektor perdagangan besar, pemerintahan, dan konstruksi justru menunjukkan tren pertumbuhan positif. Penerimaan Bea dan Cukai pun mencapai Rp8,45 triliun (27,62 persen dari target), meski pada Maret mengalami penurunan 14,19 persen dibanding bulan sebelumnya.
Dukungan terhadap UMKM turut menjadi perhatian, dengan penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMi) senilai Rp6,31 miliar kepada 437 debitur dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp6,12 triliun kepada 114.347 debitur selama Januari–Maret 2025.
Kementerian Keuangan menegaskan bahwa APBN akan terus dikelola secara kredibel dan berkelanjutan sebagai instrumen penting dalam menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tengah dinamika global yang terus berkembang.
Editor : Okky Adiana