CIMAHI, iNewsCimahi.id - Sesudah Azan Subuh, Cucu Muhtaya bergegas ke RW 10, RT 07 Desa Cigugur Tengah, Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
Tujuannya, untuk menjaga palang pintu manual rel kereta api. Cucu, memang warga Kelurahan Cigugur Tengah, Kota Cimahi.
Sesekali ada Kereta yang melintas, bapak 47 ini langsung menarik tambangnya untuk menutup kedua jalur tersebut. Kendaraan roda dua pun, berhenti sejenak karena ada kereta api yang akan melintas di jalur tersebut.
Sesudah kereta api melewati jalur tersebut, Cucu pun menarik tambang tersebut untuk membuka palang pintu rel kereta api.
Ia bersama-sama dengan warga, berinisiatif membuat palang pintu tersebut dari bahan besi. Kedua palang pintu tersebut berwarna putih.
"Ya ini mah swadaya masyarakat aja, alhamdulillah jadi juga palang pintunya," ujar Cucu, saat ditemui di Cigugur Tengah, Kota Cimahi, Rabu (4/1/2023).
Cucu yang sudah 30 tahun menjaga palang pintu manual rel kereta api tersebut, memang ikhlas menjaga palang pintu manual rel kereta api, tujuannya, agar masyarakat Cigugur Tengah ini, khususnya bisa selamat dari kecelakaan kereta api.
"Alhamdulillah belum ada kecelakaan. Saya pernah di kasih bantuan dari PT KAI, cuma waktu dulu pas Hari Raya dan Tahun Baru, waktu dulu beberapa tahun ke belakang," ujar Cucu.
Terkait suka dan dukanya dalam menjaga palang pintu manual rel kereta api, kata dia, sukanya bisa berjalan dengan lancar semua kendaraan roda dua yang melewati jalur tersebut.
Sementara untuk dukanya, dirinya harus melalui musim hujan, panas, bahkan setiap orang yang melewati jalan tersebut, seolah-olah tidak menghiraukan bahwa ada kereta api.
"Bagi saya nggak ada masalah itu mah, yang penting mah semua orang selamat. Yang jadi masalah itu, anak sekolah lewat sini, seperti anak TK sampai SMP lewat sini. Jadi saya tuh merasa terpanggil untuk menjaga palang pintu, dan ini ibadah buat saya," paparnya.
Menurut dia, sebetulnya menjaga palang pintu manual rel kereta api ini, tidak dibayar sama sekali, hanya pengendara roda dua terkadang memberi uang seiklasnya.
"Saya menempatkan sebuah kencleng bagi pengendara roda dua yang melintasi. Sebetulnya, tidak ada upah dari manapun. Kencleng kadang ada, kadang nggak ada, saya mah ibadah aja. Paling banyak sekitar 80 ribu, dibagi 3 orang, ini juga untuk penerangan, pemeliharaan jalan," tuturnya.
Dia menambahkan, menjaga palang pintu manual rel kereta api ini memang profesi yang sangat berat, kalau tidak dijaga, parahnya bukan main dan macetnya bukan main.
"Saya merasa terpanggil aja. Mau kencing aja agak berat meninggalkan, karena takut," pungkas Cucu.
Editor : Okky Adiana