Terkait suka dan dukanya dalam menjaga palang pintu manual rel kereta api, kata dia, sukanya bisa berjalan dengan lancar semua kendaraan roda dua yang melewati jalur tersebut.
Sementara untuk dukanya, dirinya harus melalui musim hujan, panas, bahkan setiap orang yang melewati jalan tersebut, seolah-olah tidak menghiraukan bahwa ada kereta api.
"Bagi saya nggak ada masalah itu mah, yang penting mah semua orang selamat. Yang jadi masalah itu, anak sekolah lewat sini, seperti anak TK sampai SMP lewat sini. Jadi saya tuh merasa terpanggil untuk menjaga palang pintu, dan ini ibadah buat saya," paparnya.
Menurut dia, sebetulnya menjaga palang pintu manual rel kereta api ini, tidak dibayar sama sekali, hanya pengendara roda dua terkadang memberi uang seiklasnya.
"Saya menempatkan sebuah kencleng bagi pengendara roda dua yang melintasi. Sebetulnya, tidak ada upah dari manapun. Kencleng kadang ada, kadang nggak ada, saya mah ibadah aja. Paling banyak sekitar 80 ribu, dibagi 3 orang, ini juga untuk penerangan, pemeliharaan jalan," tuturnya.
Dia menambahkan, menjaga palang pintu manual rel kereta api ini memang profesi yang sangat berat, kalau tidak dijaga, parahnya bukan main dan macetnya bukan main.
"Saya merasa terpanggil aja. Mau kencing aja agak berat meninggalkan, karena takut," pungkas Cucu.
Editor : Okky Adiana