Dosen UM Bandung Sebut Dominasi Sampah Makanan di Indonesia Capai 40,79 Persen

Okky Adiana
Dosen program studi Bioteknologi Luthfia Hastiani Muharram. (Foto: Istimewa)


Kalau terpercik api sedikit saja, kata Luthfia, itu akan berbahaya karena di bawahnya ada akumulasi gas metan yang sifat pembakarannya—secara kimia—di atas gas LPG.

Ada sampah merana, ada sampah bahagia. Sampah merana itu karena sampah organiknya ibarat berkeringat sebab tertutup oleh sampah plastik sehingga sumpek dan menghasilkan keringat bau serta gas yang panas.

Namun, kalau sampah organik itu disimpan dan dibuang ke tanah atau ke tempat yang sesuai maka dia akan terdekomposisi secara aerob. Dia mendapatkan udara yang cukup untuk menguraikan material organiknya sehingga terurai dengan baik, tidak menghasilkan bau tidak sedap, panas, bahkan ledakan.

Kata Luthfia, sampah organik itu punya fitrahnya sendiri. Artinya, sampah harus ditempatkan di tempat yang semestinya. Sesuatu yang ditempatkan sesuai dengan tempatnya tidak akan menimbulkan masalah.

Kalau sampah tersebut disimpan ke tanah, sampahnya akan menjadi pupuk organik yang akan memberikan kehidupan untuk tumbuhan.

”Kalau sampah organik dibuang di mana saja, bercampur dengan sampah lain, tidak akan memberikan kehidupan, tetapi itu akan menimbulkan banyak masalah. Mengolah sampah organik itu sangat mudah, tinggal dikembalikan saja ke bumi atau tanah,” imbuh Luthfia.



Editor : Okky Adiana

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network