BANDUNG, iNewsCimahi.id - Malam itu menjadi bergemuruh dan gedung konser PPAG Universitas Parahyangan bergema ketika panitia mengumumkan pemenang grandprix International Bandung Choral Festival (IBCF) 2024. Saint Angela Choir (SAC) menjadi juara umum, sekaligus meraih gold medal untuk kategori Musica Sacra dan Folksong.
Ketua SAC Renny Tanubrata mengatakan bahwa kesakralan alunan Mary’s Anguish dan buaian Tary Sanghyang Dedari sungguh memukau penonton yang memadati gedung konser malam grandprix itu.
Kesakralan itu juga membuat para juri terkagum-kagum. Bahkan, ada salah seorang juri ikut bertepuk tangan seraya mengajak para penonton untuk terus bertepuk tangan sampai para penyanyi turun dari panggung.
Kompetisi di IBCF 2024 merupakan ajang pemanasan bagi SAC sebelum berangkat ke Rimini, Italia untuk mengikuti World Choral Competition (WCC) 2024. Tiket ke Rimini mereka peroleh dari keberhasilan SAC meraih kemenangan di Tokyo International Choir Competition 2023. Persiapan mengikuti WCC 2024 sudah dilakukan sejak tahun lalu dengan audisi untuk memilih penyanyi-penyanyi terbaik dari murid-murid Sekolah Santa Angela Bandung.
"Setelah terpilih sekitar 45 orang penyanyi, SAC mulai berlatih intensif sejak Februari 2024, dan menjadi super intensif sejak Juni 2024. Practice makes perfect, itu yang SAC sedang lakukan sampai memenangkan IBCF 2024, dan siap berkompetisi di WCC 2024," ucap Renny.
Pada 25 Oktober 2024 tim penyanyi SAC yang sebagian besar siswa SMP dan SMA Santa Angela serta ditambah beberapa orang alumni SAC berangkat ke Eropa.
Para penyanyi didampingi oleh pengurus SAC dan beberapa orang tua murid. Perjalanan panjang tersebut meliputi Munich, Adergas (Slovenia), Rimini, dan Roma, sebelum nantinya kembali ke Bandung.
Seluruh anggota tim dengan tertib dan suka cita menikmati perjalanan sehingga pada Tanggal 26 Oktober 2024 mendarat di bandara Franz Josef Strauss, Munich.
Perjalanan berlanjut dengan bis besar menuju ke Adergas, desa di Slovenia. Perjalanan panjang ini melewati perbatasan Jerman dan Austria, serta perbatasan Austria dan Slovenia dengan melewati banyak terowongan, terutama sejak memasuki daerah Salzburg di Austria. Seluruh tim SAC dimanjakan dengan pemandangan indah di kiri kanan jalan, dengan tebing-tebing dan gunung-gunung tinggi, bahkan terlihat salju abadi di beberapa diantaranya. Salah satu anak SAC berkomentar,
"Saya boleh ngga jadi supir bis di sini.” Maksudnya supaya setiap saat bisa menikmati pemandangan indah tersebut. Perjalanan untuk melihat dunia luar ini tentunya menginspirasi mereka untuk mempunyai cita-cita, dan tentu berjuang untuk mendapatkannya.
Kebayangnya, mereka akan lebih termotivasi untuk kembali, misalnya melanjutkan studi di Eropa, melalui beasiswa dan peluang lainnya.
Tepat jam 5 sore, tim SAC tiba di Adergas, disambut seorang pastor yang sangat ramah. Tim SAC akan menginap di biara Velesovo, sebelah gereja tempat Sang Pastor melayani. Biara Velesovo dibangun pada tahun 1238, dan rusak berat karena serangan Ottoman di tahun 1471, kemudian dibangun ulang pada abad ke-18. Biara ini sebelumnya ditempati biarawati Dominican, dan sekarang menjadi penginapan khususnya untuk grup peziarah atau kegiatan kerohanian. Tim SAC sangat beruntung mendapatkan pengalaman di desa ini, selain pembelajaran kearifan lokal, masakan khas, dan fasilitas latihan, mereka juga menjadi ”peziarah” untuk meningkatkan kualitas hubungan mereka baik dengan Tuhan, sesama, dan dengan alam semesta.
Di hari ke-2 di Adergas, Tim SAC berkesempatan mengikuti misa dan menjadi paduan suara pengiring ibadah di gereja lokal sebelah tempat mereka menginap. Gereja ini dipercaya menjadi salah satu tempat penampakan Bunda Maria.
Tata akustik yang klasik di gereja tersebut dan iringan orgel besar di balkon belakang, membuat ”angel voice” tim SAC memberikan atmosfir yang lebih spiritual. Suara melengking tinggi yang khas terdengar di telinga membuat misa pagi itu menjadi sangat khusyuk dan menenangkan.
Saat penyampaian firman, pastor melalui penerjemah, menyampaikan tentang inisiatif Bartimeus untuk datang dan memanggil Yesus meskipun ada beberapa orang menegurnya untuk diam. Bartimeus tetap gigih memanggil Yesus, dan akhirnya matanya yang tidak bisa melihat disembuhkan oleh Yesus. Untuk mencapai tujuan, seseorang harus gigih berjuang dan berlatih serta mendekatkan diri kepada Tuhan tanpa menghiraukan keraguan dari dalam maupun luar diri.
Hal ini lah yang menjadi pelajaran juga bagi tim SAC untuk menggunakan keberadaan di Adergas untuk terus berlatih di siang, dan sore harinya, meskipun serangan ”jetlag” mulai melanda. Mereka selalu mengawali dan mengakhiri setiap latihan dan seluruh kegiatan dengan doa syukur dan pengharapan.
Sore itu, tim SAC beruntung mendapatkan kehormatan untuk dilatih oleh Stojan Kuret, dirigen dari Slovenia, orang pertama memenangkan dua European Grand Prix (EGP) of Choral Singing.
Editor : Okky Adiana