Proses penilaian di babak semifinal ini melibatkan juri-juri dari berbagai latar belakang akademisi, praktisi, dan wirausaha. Di antara juri tersebut adalah Prof. Anton Adibroto, Nadya Saib, Dohar Bob Situmorang, Seno Soemadji MBA selaku Executive Vice President B2B Commercial, Dr. rer. Pol. Eko Agus Prasetio dan Prawira Fajarindra Belgiawan PhD dari SBM ITB, dan Dr. Dpl Ing. Mulyadi Sinung Harjono dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kriteria penilaian mencakup manfaat inovasi, keseimbangan antara risiko dan peluang dalam implementasi, serta kebutuhan sumber daya. Dari 24 tim yang terpilih, inovasi-inovasi yang ditampilkan berasal dari berbagai kategori, termasuk energi terbarukan dan keberlanjutan, teknologi pendidikan, layanan profesional, manajemen limbah, kecerdasan buatan dan IoT, kesehatan, industri kreatif, pertanian, kecantikan, dan lainnya. Semua tim berinovasi dengan tujuan membantu keberlanjutan serta menyelesaikan isu-isu lingkungan dan sosial sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).
Salah satu tim partisipan adalah LobSmart, yang menciptakan mesin IoT untuk mendeteksi dan menstabilkan kualitas air pada tambak lobster dengan memanfaatkan limbah daun ketapang dan bubuk cangkang telur.
"Kami sangat senang bisa mendapatkan masukan dari para praktisi bisnis yang tertarik dengan ide kami. Semoga di tahap semifinal ini, kami dapat menambah ilmu melalui sesi coaching dan rangkaian selanjutnya, serta bisa mengembangkan LobSmart lebih jauh," ujar Gloria Galore Sinaga, co-founder LobSmart.
Babak final Swiss Innovation Challenge ASEAN 2024 akan diselenggarakan pada 5-6 Desember di SBM ITB, dan tiga pemenang terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Swiss serta merasakan ekosistem kewirausahaan di sana.
Editor : Okky Adiana
Artikel Terkait