Namun alat ini masih memerlukan iterasi desain lanjutan agar fungsinya semakin optimal. Masukan dari para petani juga sangat diperlukan agar desain yang dibuat dapat menyesuaikan kebutuhan dan preferensi mereka.
“Sebenarnya alat ini feasible dari segi harga, penggunaan, dan fungsinya. Tapi masih butuh iterasi lagi agar produknya benar benar efektif atau mungkin harganya bisa lebih rendah lagi,” kata Rafiuddin.
Beberapa perbaikan yang telah dipikirkan oleh keempatnya adalah mengganti gerinda sebagai pisau sadap dengan mata pisau lain yang lebih kecil sehingga alat penyadap lebih praktis.
Selain itu, mereka memiliki visi untuk melengkapi SADAPtech dengan IoT sehingga tiap pemilah antar pohon dapat saling berkomunikasi. Dalam pengembangan lebih lanjut dari SADAPtech, mereka menargetkan peningkatan kualitas hasil sadapan yang jauh lebih besar daripada peningkatan biaya untuk investasi alat.
“Kami berharap alat ini dapat digunakan petani Indonesia nantinya untuk mendukung peningkatan kualitas hasil sadapan. Sehingga harga karet Indonesia bisa bersaing di kancah internasional, mengingat masih banyak sekali potensi yang bisa digali.
Editor : Okky Adiana
Artikel Terkait