JAKARTA, iNewsCimahi - Sejarah baru ditorehkan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Boustead Heavy Industries Corporation Bhd (BHIC) Malaysia.
Kedua raksasa industri pertahanan ini menandatangani Framework Agreement (FA) untuk kerja sama strategis, disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Malaysia, Dato’ Seri Mohamed Khaled Nordin, di booth PTDI dalam gelaran The 17th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA) 2025.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, dan CEO BHIC, Feroz Razi Ramli, menandai babak baru kolaborasi dirgantara di Asia Tenggara.
“Keikutsertaan PTDI di LIMA 2025 bukan sekadar ajang pamer produk, tapi langkah nyata membangun jejaring strategis,” ujar Gita Amperiawan dikutip Kamis (22/5/2025).
Gita menegaskan, kerja sama dengan BHIC adalah fondasi kokoh untuk kolaborasi jangka panjang, memperkuat posisi Indonesia di industri dirgantara sekaligus mendukung stabilitas pertahanan regional.
"Kerja sama ini menargetkan tiga pilar utama yakni peningkatan produksi pesawat, lokalisasi rantai pasok aerostructure, dan pengembangan layanan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO)," kata Gita.
PTDI, tegasnya, berambisi memperluas kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional, sekaligus mendorong penggunaan komponen lokal sesuai standar Original Equipment Manufacturer (OEM).
"Tak hanya itu, kolaborasi ini juga mencakup leasing pesawat PTDI dan penguatan layanan purna jual di kawasan ASEAN," katanya.
Langkah Global Melalui Anak Perusahaan PTDI
Gita menuturkan, tak berhenti di situ, BHIC juga menjalin kerja sama dengan anak perusahaan PTDI di Amerika Serikat, IPTN North America, Inc. (INA, Inc.). Kolaborasi ini fokus pada penyediaan material, peralatan, dan suku cadang untuk mendukung operasional pesawat PTDI serta program non-PTDI yang dikembangkan INA, Inc.
"Kerja sama ini mencakup pemasaran komponen aerostructure, membuka peluang baru untuk memperkuat rantai pasok global dan memajukan manufaktur kedirgantaraan nasional," katanya.
Gita menambahkan, kesepakatan ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga simbol sinergi Indonesia-Malaysia dalam memperkuat industri dirgantara ASEAN. Dengan lokalisasi rantai pasok dan penguatan layanan MRO, kerja sama ini diharapkan mendorong efisiensi, daya saing, dan inovasi di pasar global.
"Kolaborasi ini juga membuka pintu bagi ekspansi pasar, baik di tingkat regional maupun internasional, sekaligus mempertegas posisi kedua negara sebagai pemain kunci di industri pertahanan," pungkasnya.
Editor : Okky Adiana
Artikel Terkait