"Meski pendiam, tapi ada dorongan bagaimana saya harus menampilkan yang terbaik di ajang Putri Anak Indonesia. Maka mau tidak mau harus bisa public speaking. Dan itu semua membuat pola pikir saya terbuka. Saya berpesan kepada anak Indonesia, gapailah cita-citamu setinggi mungkin. Stop bullying, jangan biarkan hal itu terjadi di sekitar lingkungan kita karena bullying itu bisa membuat anak Indonesia depresi," imbuhnya.
Sementara itu, orang tua Kika, dr Mitha Dewi Garyani, Sp.N mengaku bangga dengan buah hatinya yang terpilih sebagai winner Putri Anak Indonesia 2024.
Kendati demikian, Mitha mengaku, bukanlah tipe orang tua ambisius yang mengharuskan Kika menjadi sang juara.
"Tentunya menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Tapi saya bukan orang tua yang berambisi anak saya harus juara yang terpenting dia bisa menampilkan yang terbaik,” tegasnya.
Bukan langkah singkat, tetapi melalui proses panjang untuk mengantar Kika hingga menjadi sang juara. Menurut sang ibu, saat duduk di bangku TK hingga menginjak kelas 1 SD, putri pertamanya itu memiliki kepribadian kurang percaya diri di muka umum.
“Akhirnya saya bawa ke psikolog anak waktu itu. Ternyata dia bukan introvert (tertutup), cuma anaknya tipe yang observer. Ia bisa berekspresi jika nyaman dan suka terlebih dahulu. Dan ternyata setelah saya masukkan ke dunia modelling, anak saya menyukainya.” ungkapnya.
Selain itu, Mitha menekankan sikap disiplin tinggi dalam mendidik anak di kehidupan sehari-harinya. Namun di sisi lain, ia memberikan kebebasan berekspresi kepada Kika tetapi tegas dalam bertindak. Yang terpenting kata dia, Kika harus bertanggungjawab atas pilihannya itu.
“Contohnya kalau ingin jadi modeling, tapi harus bisa berbagi waktu dengan sekolahnya. Saya enggak ingin nilai sekolah mu turun” pungkasnya.
Editor : Okky Adiana
Artikel Terkait