BANDUNG, iNewsCimahi.id - Galeri Pusat Kebudayaan bersama Institut Drawing Bandung memamerkan sekitar 100 karya lukisan, drawing, digital art dari 95 seniman dari beberapa kota se Jawa seperti Bandung, Garut, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Banten, Tanggerang, Jakarta, Jogja, Solo, Pekalongan, Malang, Surabaya, Sidoarjo, Ngawi dan beberapa kota lainnya dengan beragam usia mulai pelukis senior, muda dan anak anak, dalam pameran ini tidak hanya karya dua dimensi tapi juga performance art.
Kepedulian seniman seni rupa sangat tinggi terbukti peserta open call ini sangat antusias dari berbagai kota, pameran ini terselenggara dengan semangat udunan karena pameran ini adalah gerakan seniman yang sangat prihatin dengan kekejaman tentara zionis Israel menjajah Palestina.
Kurator Isa Perkasa mengatakan, pameran ini bentuk solidaritas yang dilukiskan seniman untuk menyuarakan ketidak adilan di tanah Palestina kedalam karya seni rupa, tidak bermaksud menampilkan sadisme kengerian yang berdarah darah dalam lukisan, tapi ini fakta yang terjadi disana tervisualkan dengan perasaan seniman yang halus dalam karya.
"Konsep pameran Genosida ini adalah teror bencana kemanusiaan akibat bombardir persenjataan mutakhir meruntuhkan rumah rumah penduduk di Gaza, jeritan anak tertimpa beton, ibu bapaknya dan saudaranya terbujur kaku lalu anak-anak itu jadi yatim piatu, banyak orang tua kehilangan anak anaknya sungguh pilu anak anak yang terluka itu dibopong dari puing reruntuhan penuh debu mesiu dan darah, sekolah hancur kena rudal dan anak anak tak bisa bersekolah lagi apalagi berlindung, tempat ibadah hancur, rumah sakit tempat perlindungan terakhir korban dirawat diserang dan dihancurkan, hidup di tenda pengungsian bukan tempat aman penuh kecemasan lalu harus berpindah pindah tempat karena diusir mereka dalam kondisi kelaparan, air bersih sangat sulit, kita hanya jadi penonton tak bisa berbuat apa apa dalam jeritan luka bangsa Palestina," papar Isa.
Seniman berharap bisa menghentikan perang untuk mengurangi korban bencana kemanusiaan Genosida dan kemerdekaan Palestina, semoga gerakan seniman ini adalah doa.
Sementara itu, Salah satu peserta yang mengikuti pameran tersebut yakni, Arthfael Arthfael Rajata Dewanto (8) anak dari Dara Bunga Rembulan. Dia menjelaskan kegiatan, anaknya (Arthfael) mulai berkarya gambar menggunakan pensil dan tidak berwarna, serta karya interaktif yang dibuat dari kertas.
Kemudian lanjut Dara, belakangan Arthfael mulai tertarik menggunakan krayon, pensil warna dan spidol untuk mengungkapkan imajinasinya dan selalu terinspirasi dari karakter anak dan isu yang saat ini ada di sekitarnya.
Saat ini sedang mencoba berkarya menggunakan medium kanvas. Dengan dukungan penuh dari lingkungannya, terutama orang tuanya.
"Arthfael tidak hanya berkembang dalam menggambar tapi juga mengeksplorasi seni rupa lainnya yaitu keramik, sebuah medium yang membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan kreativitas tinggi," kata Dara
Kata Dara, Arthfael berpartisipasi dalam pameran bertajuk Genosida, salah satu bentuk semangat dalam menyuarakan kemerdekaan Palestina, yang diselenggarakan di Galeri Pusat Kebudayan pada tanggal 22 - 30 mei 2024.
"Saya sebagai orang tua tentunya sangat senang karena salah satu karya Arthfael diapresiasi oleh kurator Isa Perkasa dan berkesempatan untuk ikut memamerkan karyanya yang bersanding bersama maestro dan seniman lainnya," pungkas Dara.
Editor : Okky Adiana
Artikel Terkait