Ini Kisah Singkat Desak Gede Delonix yang Menjadi Pustakawan Braille

Okky Adiana
Desak Gede Delonix atau biasa disebut Onix sapaan akrabnya kini bekerja di pustakawan braille. Perpustakaan ini milik Kementerian Sosial (Kemensos) di bawah naungan Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung. (Foto: Istimewa)

CIMAHI, iNewsCimahi.id - Desak Gede Delonix atau yang biasa disebut Onix sapaan akrabnya, kini bekerja di pustakawan braille.


Perpustakaaan braille adalah, perpustakaan satu-satunya yang di Indonesia. Perpustakaan ini milik Kementerian Sosial (Kemensos) di bawah naungan Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung.

Ya, sedari pagi, Onix sudah berangkat dari rumahnya yang berpusat di Cimahi Selatan menuju perpustakaan braille di kantor Komplek Wyata Guna. Perjalanan dari Cimahi menuju perpustakaan braille sekira satu jam.


Onix menjelaskan, memang baru satu tahun setengah bekerja menjadi pustakawan braille. Kendati begitu, bagi lulusan ilmu perpustakaan Universitas Padjajaran (Unpad) ini, menjadi pustakawan ini sangat menyenangkan dan bangga.

Pasalnya, Onix yang baru berusia 24 tahun ini, bisa mengenal huruf-huruf braille dengan mudah kepada orang tunanetra yang baru bisa mengenal baca braille.

Dirinya, dengan telaten mengenalkan huruf-huruf braille kepada beberapa orang siswa yang ada di SLBN A Pajajaran dan Penerima Manfaat Wyata Guna. Selain kedua lembaga tersebut, Onix juga mengajarkan kepada tunanetra lainnya.


"Mengenal huruf braille itu menurut saya sih mudah dan bisa dipelajari. Asal hapal rumus-rumusnya aja, pasti bisa. Jadi, aku kadang suka ngajarin anak tunanetra yang main ke sini (perpustakaan braille)," ujar Onix, Senin (12/12/2022).

Bukan tanpa alasan mengapa kelahiran Bali ini memilih menjadi pustakawan. Bagi dia, hal ini menjadi tuntutan yang harus dilaksanakan dengan baik. Selain itu, dirinya juga ingin mengembangkan ilmu yang sudah di dapat selama kuliah.

Terkait suka duka menjadi pustakawan braille, lanjut Onix, sukanya, terkadang hal ini bisa berbagi pengalaman dengan orang tunanetra. Sementara untuk dukanya, pengunjung di perpustakaan braille ini masih sedikit dan bisa dihitung jari.


"Paling suka dukanya itu aja sih. Mudah-mudahan lah, pengunjungnya bisa penuh dan ramai.," jelas Onix yang suka membaca.

Soal kendala yang dihadapi oleh Onix, perpustakaan ini ada peralihan manajemen, dari Abyoso ke Wyata Guna dan hal ini pun di Wyata Guna tidak ada office boy.

"Kita di perpustakaan braille ini, sementara hanya menggunakan office boy dari Abiyoso," ujar Onix.

Sebagai catatan, perpustakaan braille menyimpan lebih dari 10.000 koleksi buku dengan huruf braille. Mulai bagi anak-anak sekolah dasar, sekolah menengah pertama, serta sekolah menengah atas. Seperti, buku Agama, bahasa Indonesia dan lainnya.

Editor : Okky Adiana

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network