get app
inews
Aa Text
Read Next : 651 Ribu Warga Indonesia Meninggal Akibat Penyakit Jantung

Batik Lilin dari Tasikmalaya Tembus Pasar Jepang

Senin, 12 Mei 2025 | 11:45 WIB
header img
Usaha batik tulis di Indihiang, Tasikmalaya, justru bersinar lewat komitmennya menjaga warisan budaya. (Istimewa)

TASIKMALAYA, iNewsCimahi.id - Di tengah derasnya modernisasi dan dominasi teknik printing dalam industri tekstil, sebuah usaha batik tulis di Indihiang, Tasikmalaya, justru bersinar lewat komitmennya menjaga warisan budaya

Dimas Batik, yang didirikan oleh Aisha Nadia sejak 1987, menjadi satu-satunya pengrajin batik tulis di wilayah ini yang masih setia menggunakan malam atau lilin dalam setiap proses pembuatannya.

Mengandalkan keahlian tradisional dan semangat pemberdayaan, Dimas Batik kini mempekerjakan 25 pembatik. Menariknya, 10 di antaranya adalah ibu rumah tangga yang diberdayakan untuk membatik dari rumah. "Kami ingin mempertahankan tradisi, tapi juga memberi ruang bagi ibu-ibu agar tetap produktif tanpa meninggalkan peran utama mereka di rumah," ujar Aisha.

Perjalanan Aisha penuh tantangan. Ia mengenang masa-masa awal membawa karung kain batik menumpang kendaraan umum demi bertemu calon pembeli. Bahkan pernah diusir dari lobi gedung karena disangka pemulung. Namun semangatnya tak pernah padam. 

"Saya tahu, saya membawa warisan budaya yang berharga," tuturnya, Senin (12/5/2025)

Momentum penting datang dua bulan sebelum pandemi, ketika Aisha mendapat pendanaan sebesar Rp50 juta yang ia manfaatkan untuk membeli tanah dan membangun galeri batik permanen. Tak disangka, di tengah keterbatasan akibat pandemi, justru permintaan melonjak dari para desainer ternama di Bandung dan Jakarta. Kain batik tulisnya kini kerap dikenakan pejabat hingga selebriti nasional.

Tak hanya berkembang di pasar domestik, Dimas Batik juga berhasil menembus pasar internasional. Pelanggan dari Singapura dan Jepang kini rutin memesan, khususnya motif batik bernuansa bunga kecil seperti sakura dan melati yang disukai masyarakat Jepang. 

“Mereka kurang menyukai motif binatang, jadi kami menyesuaikan tanpa meninggalkan identitas,” jelas Aisha.

Keikutsertaan Aisha dalam program pelatihan ekspor di tahun 2024 juga memperkuat kiprah Dimas Batik di pasar global. Berbagai motif khas seperti Merak Ngibing, Cupat Manggu, Tiga Negeri, dan Sidomukti menjadi daya tarik utama berkat filosofi mendalam yang terkandung di dalamnya.

Kisah sukses Dimas Batik sejalan dengan visi pemerintah dalam mendorong industri kreatif dan membuka lapangan kerja berkualitas. Sebuah contoh nyata bagaimana pelestarian budaya bisa berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Melalui keteguhan Aisha dalam mempertahankan batik tulis dan strategi adaptif menghadapi pasar modern, Dimas Batik tak hanya menjadi pelaku industri kreatif, tapi juga simbol ketahanan budaya bangsa. Di tengah dunia yang serba instan, Dimas Batik memilih setia pada lilin  karena bagi Aisha, setiap goresan malam adalah warisan sejarah yang tak tergantikan.

Editor : Okky Adiana

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut