JATINANGOR, iNewsCimahi.id - Gunung Ruang yang terletak di Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, Kembali erupsi pada Selasa (30/4/2024) lalu.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan stasus Awas pada Gunung Ruang. Menurut keterangan resmi PVMBG, tercatat 15 kali gempa guguran, 425 kali gempa vulkanik dalam, 237 gempa vulkanik dangkal, 6 kali gempa tektonik jauh, dan 15 kali gempa tektonik lokal.
Akibat adanya erupsi itu, sebanyak tujuh bandara di Sulawesi pun terpaksa ditutup, termasuk Bandara Internasional Sam Ratulangi di Kota Manado, Sulut.
Ahli vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Mirzam Abdurachman, S.T., M.T., telah melakukan diskusi dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), mengenai erupsi Gunung Ruang tersebut.
Menurutnya erupsi Gunung Ruang adalah bagian dari serangkaian erupsi yang terjadi bersamaan dengan beberapa gunung api lainnya di Indonesia, termasuk Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Marapi, dan Gunung Lewatolo. Hal ini menunjukkan kompleksitas aktivitas vulkanik di Indonesia.
Jalur Busur Vulkanik
Sebagai informasi, perlu diketahui bahwa, Indonesia memiliki empat jalur gunung berapi (busur vulkanik) yang terbentuk di atas lempeng tektonik. Jalur-jalur ini, ketika dilihat dari atas, membentuk lengkungan atau busur.
Empat busur vulkanik di Indonesia adalah Busur Sunda, Busur Banda, Busur Halmahera, dan Busur Sangihe-Selebes. Gunung Ruang terletak di ujung utara Sulawesi Utara, mengarah ke Filipina, dan termasuk dalam Busur Sangihe-Selebes. Menariknya, dalam waktu yang berdekatan, beberapa gunung api lain di Indonesia juga mengalami erupsi.
Pertama, gunung-gunungapi yang terletak dalam busur vulkanik yang sama, seperti Gunung Merapi, Semeru, dan Marapi, cenderung mengalami erupsi bersamaan. Hal ini ibarat busur vulkanik yang bertindak sebagai "Event Organizer". Lantaran mereka dipengaruhi oleh interaksi lempeng tektonik yang sama.
Kedua, gunungapi yang berada di busur vulkanik berbeda, seperti Gunung Lewatolo dan Ruang, dapat meletus bersamaan karena memiliki interval letusan yang berdekatan. Kesamaan waktu letusan ini merupakan fenomena alamiah yang tidak selalu terkait dengan interaksi lempeng tektonik.
Namun, beberapa busur ini sudah tidak relevan dan belum diperbarui, sehingga perlu dilakukan pemutakhiran data untuk memahami interkoneksi gunung api dengan lebih baik dan meningkatkan akurasi prediksi letusan.
Editor : Okky Adiana