BANDUNG, iNewsCimahi.id - Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Ismawan. M.T., mengimbau agar masyarakat selalu waspada terhadap bencana gempa bumi yang tidak bisa diprediksi. Mitigasi bencana gempa juga sangat diperlukan.
Ismawan menjelaskan bahwa penyebab gempa bumi yang terjadi di wilayah Sumedang beberapa waktu lalu disebabkan adanya pergerakan patahan aktif yang termasuk ke dalam jenis gempa tektonik.
Peristiwa gempa bumi tersebut terjadi akibat pergerakan sesar yang selama ini belum terpetakan. Oleh sebab itu, Ismawan mengimbau agar masyarakat senantiasa sigap menyikapi peristiwa gempa bumi walaupun berada di daerah yang tidak pernah dipetakan ada patahan.
“Meskipun kita tidak berada di daerah yang selama ini sudah dipetakan, tetapi tetap harus waspada,” ujar Ismawan dalam Bincang Santai FTG yang disiarkan di Kanal YouTube Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, dalam siaran pers dari kanal Unpad, Selasa (9/1/2024).
Ismawan juga menjelaskan bahwa gempa bumi tektonik ini pada umumnya tidak menunjukan tanda-tanda dan terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu, penelitian untuk mengetahui lokasi dan letak sesar sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan. Untuk sesar yang sudah ditemukan pun, studi masih harus tetap dilakukan untuk menjelaskan arah sesar.
“Karena kalau ada gempa yang paling rusak itu sepanjang garis itu. Kalau sekitar-sekitarnya kalau gempanya tidak terlalu besar, meskipun merusak, goncangan saja mungkin tidak membuat infrastruktur yang cukup besar rusak,” kata Ismawan.
Selain itu, peristiwa gempa bumi juga biasanya selalu diikuti dengan gempa susulan dengan getaran yang lebih kecil dari gempa utama. Namun, bukan berarti bahaya dari gempa juga ikut berkurang.
“Karena pada saat gempa utama banyak infrastruktur yang sudah mulai rusak, sehingga mungkin digoyang sedikit saja bisa rusak. Jadi tidak bisa mengatakan bahwa gempa susulan lebih aman,” jelas Ismawan
Ismawan juga menjelaskan bahwa gempa bumi yang terjadi di Kota Sumedang tersebut bukan karena aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari yang sudah lebih dulu terpetakan dan terbukti merupakan patahan yang aktif. Namun, masyarakat khususnya di wilayah Jatinangor yang juga dilewati oleh sesar ini harus terus waspada.
Terkait upaya mitigasi, Ismawan mengatakan pentingnya memberikan simulasi mitigasi bencana kepada anak-anak. Hal ini karena kebiasaan yang sudah sering diajarkan sejak kecil dapat meningkatkan kesigapan ketika menghadapi bencana, sehingga risiko yang muncul jauh berkurang.
“Kalau kita sudah sering melakukan simulasi seperti itu, tindakan kita mungkin bukan dari hasil pikiran, tetapi sudah otomatis, sehingga risiko bencana itu bisa jauh dikurangi,” jelasnya.
Editor : Okky Adiana