BANDUNG, iNewsCimahi.id - Sejak terkena pandemi Covid 19 masyarakat mulai melek teknologi. Banyak perusahaan yang mengurangi karyawan bahkan sampai tutup karena pandemi tersebut.
Sehingga mau tidak mau dan suka tidak suka korban dari pemutusan hubungan kerja tersebut mulai memutar otak untuk membuka usaha. Membuka usaha dalam bentuk toko atau warung masih dilarang oleh pemerintah saat itu sehingga masyrakat dipaksa menggunakan teknologi yang ada dan akhirnya keluarlah istilah toko online.
Sebenarnya membuka usaha toko online sudah ada sejak dulu dengan sebutan market place. Tetapi tidak semua orang memanfaatkan karena ketidaktahuan dalam membuat usaha tersebut dan merasa lebih nyaman membuka toko secara offline. Tetapi pandemi Covid 19 memaksa masyarakat menguasai teknologi termasuk dalam dunia usaha.
Market place semakin digandrungi oleh sebagian orang karena merasa lebih banyak waktu dan dapat dijadikan usaha sampingan sehingga sampai saat ini sebagian masyarakat merasa lebih nyaman menggunakan telefon genggam untuk berbisnis.
Sehingga teknologi menjadikan sarana bagi sebagaian masyarakat sebagai partner berbisnis. Masalah yang terjadi dilapangan adalah usaha yang tepat yang dapat dijalankan oleh generasi muda yang dapat dijadikan sebagai usaha sampingan apakah berupa barang, jasa atau barang dan jasa.
Hal ini yang menjadikan pilihan bagi dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Widyatama tergerak untuk membantu masyarakat dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Kegiatan ini di gelar Di Amdk Perumda Tirtawening, Jalan Sersan Bajuri, kota Bandung, pada Rabu 24/1/2024.
Ketua pelaksana kegiatan Pipin Sukandi dibantu dengan anggota yaitu Yelli Eka Sumadhinata, Ayuningtyas Yuli Hapsari, Gallang Perdhana Dalimunthe, Annisa Lisdayanti dan Irma Nilasari dan 4 orang mahasiswa saling berbagi materi dan praktik pelatihan mengenai public speaking hypnomarketing untuk AMDK Perumda Tirtawening Bandung.
"Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan jago jualan saja, tetapi bagaimana teknik berbicara atau menulis iklan pada market place sehingga konsumen percaya dan mau membeli," ujar Pipin dalam siaran persnya.
Menurut dia, jika melihat acuan pada internet banyak sekali peluang usaha yang dapat dilakukan oleh generasi muda saat ini seperti membuka usaha fashion, catering, jasa foto produk, jasa kesehatan, jasa cuci perabotan rumah tangga dan lain sebagainya.
"Tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaiama teknik menjual tersebut baik secara offline dengan membuka warung atau toko maupun secara online," ucap, pipin.
Menurutnya, ketika telah mengetahui usaha apa yang akan dijalankan maka langkah beriktunya adalah bagaimana menjalankan usaha tersebut dengan menghasilkan keuntungan. Banyak yang hebat dalam mendapatkan barang tetapi kesulitan dalam menjual. Saat ini tidak hanya 4P (place, promotion, produk, price) atau bahkan 7P (place, promotion, produk, price, people. Process dan physical evidence) ada metode terbaru yang sekarang mulai dipelajari yaitu hypnomarketing atau yang lebih dikenal dengan hypnoselling.
"Hypnoselling berasal dari 2 (dua) kata yaitu hypnosis dan selling. Hypnosis disini diartikan sebagai teknik komunikasi yang dapat mempengaruhi seseorang melalui alam bawah sadar. Sedangkan selling artinya teknik menjual barang atau jasa kepada konsumen. Kedua teknik ini digabungkan sehingga dapat diartikan sebagai teknik menjual dengan cara mempengaruhi alam bawah sadar seseorang," papar Pipin.
Lebih lanjut, sebenarnya setiap manusia ketika membeli barang atau jasa selalu melibatkan emosi. Emosi disini tidak hanya dalam bentuk kemarahan, kebahagiaan atau kesedihan tetapi melibatkan psikis seseorang.
"Sebagai contoh ketika membeli kendaraan maka konsumen selalu yang menjadi pilihan pertama adalah suka atau tidak suka dari segi model dan warna kendaraan bukan pada fungsi dari produk yang dibelinya," tambahnya.
Sehingga, kata Pipin, hal inilah yang dapat dijadikan teknik oleh penjual untuk memasukan kata-kata kepada alam bawah sadar konsumen sehingga mengena pada critical area seseorang sehingga tanpa sadar emosinya akan menjawab untuk memutuskan membeli produk tersebut bukan karena fungsi tetapi yang awal karena suka mungkin dari warna, model, fasilitas dan sebagainya.
"Ketika seseorang menjual fashion atau pakaian maka teknik ini dapat digunakan, karena sebagian orang membeli pakaian karena menyukai model dan warna bukan fungsi dari pakaian tersebut," ujarnya.
Dia menambahkan, sehingga tidak heran saat ini model pakaian begitu beragam dengan warna yang bermacam-macam sehingga banyak pilihan dan banyak emnosi yang dimainkan sampai koknsumen memutuskan untuk membeli karena menyukai bukan karena kebutuhan.
Sehingga peran antara kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan teknik ini lebih kepada keinginan dari konsumen bukan karena kebutuhan yang mendasar.
"Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan ini tidak hanya mengerti teknik berjualan tetapi dapat menjalankan bagaimana karakter konsumen sampai konsumen merasakan ada manfaatnya dan membeli produk kita ujar Pipin pada penutup kegiatan tersebut," pungkasnya.
Editor : Okky Adiana
Artikel Terkait